Mencegah Diabetes pada Anak

BlogV – Penyakit diabetes (Diabetes Melitus) bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal batasan usia, termasuk anak-anak. Diabetes yang biasanya dialami oleh anak-anak, sebagian besar adalah diabetes tipe 1. Jenis diabetes ini merupakan penyakit autoimun ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel di pankreas yang menjadi tempat untuk memproduksi hormon insulin. Diabetes pada anak tak bisa dianggap sepele, lho. Karena penyakit diabetes ini bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan. Namun jangan khawatir bila sudah terkena diabetes, karena bisa dikontrol dengan menjaga pola hidup yang baik dan mengkonsumsi obat secara rutin. Lantas seperti apa diabetes pada anak? Simak tulisan ini hingga habis.

Diabetes pada Anak

Ada berita yang sedang heboh di kalangan masyarakat kita baru-baru ini. Bahwasanya telah terjadi lonjakan kasus penyakit Diabetes Melletus (DM) pada anak yang mencapai 70 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2010. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mencatat bahwa jumlah kasus DM pada anak hingga tahun 2023 ini mencapai 1.645 jiwa, yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Dari temuan kasus tersebut 46,23% diantaranya dialami oleh anak usia 10-14 tahun. 31,05% anak usia 5-9 tahun. 19% pada usia 0-4 tahun dan 3% pada anak usia lebih dari 14 tahun. Kasus diabetes pada anak kebanyakan terjadi karena bawaan sejak lahir, namun sayangnya kebanyakan orang tua tidak mengetahui anak mereka sedang mengalami diabetes.

Penyebab Diabetes pada Anak

Dari banyaknya kasus Diabetes Melitus yang terjadi pada anak, 90% diantaranya adalah diabetes tipe 1 sedang 10% nya adalah diabetes tipe 2. Penyebab diabetes nya tentu saja berbeda-beda tergantung tipe diabetesnya. Diabetes tipe 1 pada anak disebabkan oleh faktor genetik dan autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan (obesitas).

Gejala Diabetes pada Anak

Anak-anak yang mengalami diabetes memiliki gejala-gejala umum sebagai berikut:

  1. Sering buang air kecil bahkan kadang mengompol.
  2. Mudah haus karena seringnya buang air kecil.
  3. Cepat lapar yang berlebihan
  4. Pandangan mata kabur.
  5. Mengalami penurunan berat badan yang drastis.
  6. Tubuh lemah dan lesu
  7. Kulit di bagian leher, ketika dan selangkangan menghitam.
  8. Mengalami infeksi pada luka yang sulit sembuh.
  9. Dalam kondisi yang lebih parah bahkan dapat mengalami KAD (Ketoasidosis Diabetikum), dimana pasien anak mengalami peningkatan keton dalam darah, sehingga dapat mengalami sesak nafas hingga koma

Cara Pencegahan Diabetes pada Anak

Setelah mengetahui bagaimana tingginya angka diabetes melitus pada anak, maka sebaiknya orang tua bisa mencegah lebih dini dengan cara sebagai berikut:

Mengatur pola makan dan menjaga berat badan ideal anak.

Diabetes pada Anak

Konsumsi makanan sehat

Sebagai orang tua, biasanya akan sangat senang bila anaknya gemuk karena terlihat lucu dan menggemaskan. Padahal tak selalu gemuk itu sehat. Kegemukan yang berlebihan (obesitas) dapat memicu terjadinya diabetes melitus tipe 2.

Untuk itulah sebaiknya sejak kecil biasakan anak untuk mengkonsumsi protein hewani dan sayur-sayuran, serta mengurangi makanan yang mengandung tinggi karbohidrat, gula dan minuman bersoda serta makanan siap saji karena bisa meningkatkan glukosa darah dengan cepat.

Secara ringkas, berikut jenis makanan penyebab diabetes:
1. Makanan tinggi karbohidrat.
2. Makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans.
3. Buah kering dan buah kalengan.
4. Minuman ringan yang manis.

Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik.

Jangan biarkan anak-anak hanya rebahan saja di kamar sambil bermain gadget. Ajaklah mereka melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, bermain, membersihkan rumah dan aktivitas fisik lainnya. Sebab dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin dan teratur dapat menjaga kadar glukosa dalam darah tetap normal, serta dapat mempertahankan fungsi insulin untuk memecah glukosa menjadi energi.

Lakukan pengecekan kadar gula darah bila anak mengalami gejala yang sudah disebutkan di atas.

Diabetes pada Anak

Cek gula darah secara berkala

Bila anak mengalami gejala yang telah saya tuliskan di atas, maka sebaiknya segera kunjungi dokter. Bila memiliki alat tes gula darah di rumah, orang tua bisa melakukan pengecekan sendiri kepada anak dan lihat hasilnya.

Kadar gula darah normal bisa diukur saat seseorang berpuasa, makan, atau setelah makan. Lalu, berapa kadar gula darah normal berdasarkan usia? Berikut penjelasannya.

1. Anak di bawah usia 6 tahun

Anak-anak di bawah usia 6 tahun harus memiliki kadar glukosa darah yang berkisar antara 80-200 mg/dL setiap hari. Angka tersebut termasuk normal dan bisa berubah-ubah saat bangun tidur, makan, hingga sebelum tidur. Oleh karena itu, anak-anak yang mengidap diabetes perlu diperiksa kadar gulanya di malam hari oleh orang tuanya.

2. Anak usia 6-12 tahun

Kadar gula darah pada anak usia 6-12 tahun berkisar antara 80-180 mg/dL per hari. Namun, kadar tersebut dapat naik setelah makan akibat tubuh perlu memecah glukosa yang akhirnya disebarkan ke seluruh aliran darah. Oleh karena itu, sebaiknya batasi konsumsi makanan ringan anak, terlebih sebelum tidur.

3. Usia 13-19 tahun

Pada usia 13-19 tahun, kadar gula darah normal berkisar antara 70-150 mg/dL per hari. Jika remaja mengalami diabetes, umumnya sulit untuk dikelola, karena masalah tanggung jawab dan kontrol perilaku terkait pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, remaja pengidap diabetes perlu rutin memeriksa kadar gula darah dan memperhatikan makanannya, serta rutin berolahraga.

4. Usia di atas 20 tahun

Kadar gula darah normal pada orang yang berusia di atas 20 tahun, harus berkisar antara 100-180 mg/dL per hari. Setelah bangun tidur di pagi hari, gula darah harus berada di titik terendah, karena tubuh belum makan selama sekitar 8 jam. Kategori kadar gula rendah adalah angka pemeriksaannya kurang dari 100 mg/dL. Jika angkanya di bawah 70 mg/dL, sudah memasuki kategori berbahaya.

Jika seseorang memiliki kadar gula darah melebihi 130 mg/dL, bisa dianggap memiliki kadar gula darah yang tinggi. Namun, umumnya, tidak ada gejala yang muncul hingga kadar gula seseorang mencapai 250 mg/dL atau lebih tinggi. Tingkat gula darah tertinggi yang masih dianggap aman, yaitu sekitar 160-240 mg/dL.

Cegah terjadinya Diabetes Melitus Gestational atau Diabetes Melitus pada wanita yang sedang hamil.

Wanita yang sedang hamil biasanya tak memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka. Ada yang senang sekali makan makanan yang menjadi pemicu diabetes tanpa mengontrolnya karena beralasan sedang ngidam. Padahal ini sangat membahayakan, ya.

Wanita yang sedang hamil seharusnya bisa mencegah terjadinya Diabetes Melitus Gestational dengan cara mempertahankan kadar gula darah agar selalu dalam batas normal. Sebab Diabetes Melitus Gestational dapat berperan terhadap kejadian Diabetes Melitus pada anak sejak lahir. Dengan menjaga pola hidup sehat, maka sama saja dengan menjaga kesehatan dan keselamatan calon buah hati yang ada dalam kandungan.

Selama kehamilan, juga sangat penting bagi wanita hamil untuk periksa kadar gula darah secara berkala agar tidak mengalami Diabetes Melitus Gestational.

Penutup

Mari kita bersama-sama menjaga buah hati kita agar terhindar dari penyakit diabetes melitus sejak dini. Semoga tulisan saya bermanfaat, ya. Terima kasih sudah membaca dan jika ada yang ingin berkomentar atau menambahkan silakan pada kolom komentar.

 

Sumber: pyfahealth.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengatasi Tanda-tanda Penuaan Dini dengan Animate Serum

Tips Cantik Ala Korea

Tips Merawat Rambut Bayi dengan Zwitsal